Sejumlah pembalap MotoGP termasuk Casey Stoner dan Jorge Lorenzo mengatakan kalau mereka tidak akan membalap pada Grand Prix Jepang karena mereka khawatir terhadap paparan radiasi di Motegi. Sebenarnya mereka tidak tahu betul mengenai radiasi, padahal radiasi yang diserap saat melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang selama 16 kali setiap tahunnya masih lebih besar jika dibandingkan hidup di dalam zona radiasi Fukushima selama dua minggu tepat setelah reaktor Fukushima mengalami kebocoran.
Sedikit mengingatkan, Grand Prix Jepang yang sebelumnya direncanakan pada 24 April ini harus ditunda hingga tanggal 2 Oktober untuk memberikan waktu berbenah bagi Jepang setelah mengalami gempa bumi dan tsunami pada bula Maret yang menyebabkan kebocoran pada reaktor nuklir Fukushima.
Salah satu media internasional mengeluarkan headline yang cukup menyindir Lorenzo, "Jika saja Lorenzo menonton film horor pada bulan Maret, mungkin dia tidak mau balapan di Qatar karena gelap."
Jepang merupakan negara yang terbuka untuk event besar. FIFA Club World Cup akan digelar di Tokyo pada tanggal 8-18 Desember nanti, Artistic Gymnastics World Campionships akan digelar pada tanggal 7-16 Oktober, Formula 1 akan diadakan di Suzuka pada tanggal 7-9 Oktober dan IndyCar juga akan digelar di Jepang pada tanggal 18 September ini, tapatnya di Motegi. Semua event akbar ini akan digelar pada tahun ini dan tidak ada protes dari partisipan event lain.
Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa setiap orang pada industri motor berhutang banyak pada Negeri Sakura ini. Ban yang saat ini digunakan untuk berkompetisi di kelas MotoGP juga berasal Jepang, jangan lupa kalau semua ban Dunlop yang digunakan oleh para pembalap kelas 125cc tersebut diproduksi di pabrik Kobe Dunlop. Semua motor Moto2 menggunakan mesin Honda dan yang harus kita tahu, tahun depan Moto3 akan menggunakan mesin Honda juga.
Terakhir kali motor asal pabrikan Jepang tidak naik podium adalah pada tahun 1973, kala itu Phil read dan Giacomo Agostini yang keduanya mengendarai MV Agusta serta Kim Newcombe yang mengendarai Konig berhasil menggagalkan motor Jepang untuk naik podium pada GP Swedia.
Semua hal di atas jelas bisa dengan mudah kita amati. Mari kita melihat hal yang tersembunyi! Setiap pembalap pasti menginginkan motor yang lebih kencang dari para rivalnya. Oleh sebab itu para engineer Jepang selalu lembur di malam hari agar pembalap mereka bisa memenangkan balapan, sementara bonus yang diterima oleh pembalap jauh melebihi gaji para engineer selama setahun bekerja.
Seharusnya pembalap-pembalap muda yang ngeyel tidak mau membalap di Jepang tersebut berkaca pada Valentino Rossi yang telah membalap selama 16 musim di kelas Grand Prix, Rossi dengan bijak menunggu fakta terbaru mengenai kondisi Motegi. Apakah pembalap lain akan sependapat dengan Rossi dan berlaku bijak juga? Kita lihat saja nanti!
Sedikit mengingatkan, Grand Prix Jepang yang sebelumnya direncanakan pada 24 April ini harus ditunda hingga tanggal 2 Oktober untuk memberikan waktu berbenah bagi Jepang setelah mengalami gempa bumi dan tsunami pada bula Maret yang menyebabkan kebocoran pada reaktor nuklir Fukushima.
Salah satu media internasional mengeluarkan headline yang cukup menyindir Lorenzo, "Jika saja Lorenzo menonton film horor pada bulan Maret, mungkin dia tidak mau balapan di Qatar karena gelap."
Jepang merupakan negara yang terbuka untuk event besar. FIFA Club World Cup akan digelar di Tokyo pada tanggal 8-18 Desember nanti, Artistic Gymnastics World Campionships akan digelar pada tanggal 7-16 Oktober, Formula 1 akan diadakan di Suzuka pada tanggal 7-9 Oktober dan IndyCar juga akan digelar di Jepang pada tanggal 18 September ini, tapatnya di Motegi. Semua event akbar ini akan digelar pada tahun ini dan tidak ada protes dari partisipan event lain.
Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa setiap orang pada industri motor berhutang banyak pada Negeri Sakura ini. Ban yang saat ini digunakan untuk berkompetisi di kelas MotoGP juga berasal Jepang, jangan lupa kalau semua ban Dunlop yang digunakan oleh para pembalap kelas 125cc tersebut diproduksi di pabrik Kobe Dunlop. Semua motor Moto2 menggunakan mesin Honda dan yang harus kita tahu, tahun depan Moto3 akan menggunakan mesin Honda juga.
Terakhir kali motor asal pabrikan Jepang tidak naik podium adalah pada tahun 1973, kala itu Phil read dan Giacomo Agostini yang keduanya mengendarai MV Agusta serta Kim Newcombe yang mengendarai Konig berhasil menggagalkan motor Jepang untuk naik podium pada GP Swedia.
Semua hal di atas jelas bisa dengan mudah kita amati. Mari kita melihat hal yang tersembunyi! Setiap pembalap pasti menginginkan motor yang lebih kencang dari para rivalnya. Oleh sebab itu para engineer Jepang selalu lembur di malam hari agar pembalap mereka bisa memenangkan balapan, sementara bonus yang diterima oleh pembalap jauh melebihi gaji para engineer selama setahun bekerja.
Seharusnya pembalap-pembalap muda yang ngeyel tidak mau membalap di Jepang tersebut berkaca pada Valentino Rossi yang telah membalap selama 16 musim di kelas Grand Prix, Rossi dengan bijak menunggu fakta terbaru mengenai kondisi Motegi. Apakah pembalap lain akan sependapat dengan Rossi dan berlaku bijak juga? Kita lihat saja nanti!