24 October 2013

Mengenang Marco Simoncelli (Bagian 1)

Tanggal 23 Oktober 2011, dua tahun yang lalu, Marco Simoncelli yang merupakan juara dunia 250cc kehilangan kesempatan hidup pada balapan GP Malaysia.

Berikut yang tertulis pada hari pemakanannya. 'Ciao Marco'...

Marco Simoncelli: 1987-2011

Bintang MotoGP, Marco Simoncelli, terbaring di kampung halamannya di Coriano, Rimini, Italia setelah kehilangan hidupnya pada lap kedua Grand Prix Malaysia di sirkuit Sepang.

Cepat, tak gentar dan tidak memberi ampun di trek balap, Simoncelli adalah seorang pembalap dalam pengertian yang paling murni. Rambut dan senyum yang keluar dari kepribadian 'raksasa yang baik hati' ini melengkapi image dari pemberontak abadi dalam balapan.

Carlo Pernat yang merupakan manajernya menggambarkan Simoncelli sebagai "seorang pembalap dari era silam" dan pembalap berusia 24 tahun sayangnya harus bergabung dengan banyak pembalap dari masa sebelumnya yang harus membayar harga tertinggi untuk mengejar mimpi balapnya.

Pandangan sekilas pada Simoncelli menunjukkan bahwa dia tidak menjalani kehidupan seperti biasanya dan pemuda Italia yang periang ini memiliki hubungan yang dekat dengan fans dari seluruh dunia, menentang kepercayaan sebagian orang bahwa popularitas sepadan dengan hasil yang didapatkannya.

Simoncelli memang belum memenangkan balapan di kelas MotoGP, tapi terlihat bahwa suatu hari akan mewarisi peran Valentino Rossi sebagai pembalap yang paling dikenal dan mungkin akan memiliki karakter yang paling populer, terutama dengan semakin berkembangannya bahasa Inggrisnya.

Di sirkuit, gaya berkendara Simoncelli yang agresif sering mengganggu pendekatan taktis dengan akurasi tinggi pada motor 800cc. Simoncelli lebih suka untuk menyerang setiap tikungan seperti dia sedang berusaha untuk lebih cepat daripada sebelumnya dan bertarung dengan sengit pada posisi manapun. Tidak ada yang dilewatkan dan setiap kesempatan diambilnya. Itu adalah mentalitas pejuang sejati yang memimpikan hasil yang akan dimilikinya.

Kelemahannya adalah terlalu banyak kecelakaan dan Simoncelli memiliki beragam perseteruan dengan Race Direction. Yang paling akhir adalah pertengkaran kontroversial dengan Dani Pedrosa di Le Mans pada bulan May. Akibatnya Simoncelli menuai beragam kritik dari beberapa rekan pembalap, Simoncelli dan pendukungnya merasa bahwa dia diperlakukan berbeda atas kesalahan kecil di masa silam. Sesuai dengan hasil polling yang dilakukan salah satu situs balap, kebanyakan fans menyatakan bahwa penalti ride-through pada Simoncelli yang membuatnya kehilangan peluang untuk mendapatkan podium pertamanya dinilai tidak adil.

Tapi pembalap manapun yang melakukan kesalahan besar sebenarnya karena berusaha terlalu keras dan seharusnya tidak untuk dibenci, paling tidak oleh orang-orang yang tidak harus membalap bersamanya. Ini adalah harga terbesar yang harus dihadapi dunia balap suatu waktu dan ini adalah dorongan yang diperlukan menuju puncak.

Bersambung ke Bagian 2.

Arsip Sobat46