Hai para sobat, semoga hari kalian selalu menyenangkan. Aku akan berbagi cerita tentang cerita perjalananku, kali ini aku melakukan turing ke daerah Riau bagian timur, dengan tujuan utama adalah Kota Peranap yang terletak di Kabupaten Indragiri Hulu.
Kali ini personil Wild Hogs tidak bisa turut serta dalam perjalanan ini, karena kesibukan mereka pada bidangnya masing-masing. Bang Kiho sibuk membantu dosennya untuk mengerjakan proyek yang berhubungan dengan bidang sipil, sementara itu Bang Busmer sulit untuk meninggalkan kantor karena diberi tanggung jawab lebih sebagai orang kepercayaan oleh pimpinannya, dan Romi sedang dapat jatah KKN sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studinya. Oleh karena itu aku memutuskan untuk melakukan turing dengan Alif, yang belum dikukuhkan menjadi anggota Wild Hogs.
Rencana telah matang, persiapan telah komplit, stamina kami dan kondisi motor dalam keadaan prima, akhirnya pada hari senin pagi (29 Juni 2009) kami bertolak dari Pekanbaru pada pukul 7 pagi. Kami lebih memilih untuk mengambil rute melewati Taluk Kuantan daripada melewati Lintas Timur yang notabene memiliki waktu tempuh lebih singkat. Kilo demi kilo kami lewati, desa demi desa pun kami lewat akhirnya sampai lah di perhentian pertama kami, yaitu di Lipat Kain. Kami sampai di sini lebih cepat daripada seharusnya karena tertolong oleh pengendara lain yang cukup ngebut, jadi kami turut bergabung agar perjalanan lebih seru. Oya, kami sengaja berhenti satu jam sekali untuk mengisi bahan bakar, karena mesin DOHC yang menghasilkan tenaga berlimpah sangat haus BBM. Ya, itung-itung sebagai kompensasi dari letupan tenaga yang besar, dan hal ini dilakukan sebagai antisipasi kelangkaan BBM yang sering terjadi di luar kota yang tentunya akan menyulitkan para biker dengan kapasitas tangki kecil seperti kami.
Hal lain yang menyebabkan kami memutuskan untuk berhenti adalah untuk menjaga temperatur ban berada dalam kondisi ideal, karena kondisi ban dengan temperatur tinggi akan lebih cepat menghabiskan komponen karet ban itu sendiri, disamping akan memuaikan udara pengisi ban. Itulah mengapa dalap melakukan perjalanan kami selalu menerapkan 1 bike-1 person, yaitu untuk lebih melindungi ban dari kemungkinan pecah saat melintasi kondisi jalan yang benjol dan tak rata.
Setelah mengisi BBM dan mendinginkan ban, kami kembali ke trek untuk meneruskan perjalanan dan menikmati pemandangan bagus yang menghiasi kiri-kanan jalan yang kami lalui. Tikungan di daerah Tanjung Pauh dan Muara Lembu menjadi santapan empuk kami, namun dalam menikmati tikungan kita juga harus memperhatikan faktor keselamatan dan kenyamanan. Setelah sampai di Taluk Kuantan, kami berniat untuk mengunjungi salah satu kerabat yang berada di sana, namun setelah dihubungi berkali-kali, tak ada jawaban, yang ada malah nada tulalit. Kami pun akhirnya meneruskan perjalanan ke Baserah dan kemudian melalui Cerenti, perjalanan ini cukup menyenangkan karena kami kedatangan "tamu" yang memiliki irama berkendara cukup mumpuni.
Sebelum sampai Kota Peranap kami sempatkan untuk mampir ke posko KKN si Jum, sekedar untuk bersilaturrahmi dan berbagi pengalaman saat aku dulu KKN, barang kali akan memberi manfaat bagi mereka. Setelah beberapa saat bertandang ke posko Jum, kami pun minta diri untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan utama kami, mengingat saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 13.15. Saat tiba di Peranap, kami langsung menghubungi ponsel Pak Yus, guruku yang telah ku anggap seperti ayahku sendiri.
Perjalanan dengan rute pertama ini berjarak 238 km dengan kondisi jalan yang bervariasi, mulai dari trek lurus yang sangat panjang, dengan tikungan biasa, banking tikungan, dan tikungan pendeknya. Kondisi jalan yang kami lalui juga bebas dari truk dan bis yang berlalu lalang, karena rute ini tidak lagi digunakan oleh kendaraan besar yang sangat tidak menyukai tikungan pendek. Hanya saja kekurangan dari rute ini yaitu tidak terdapat SPBU yang cukup memadahi dan di beberapa SPBU tidak memiliki stok BBM, hal ini tentunya sangat disayangkan. Kendala yang selalu aku alami selama turing di daerah Riau adalah kekurangan jumlah SPBU di tengah perjalanan, padahal masih banyak lokasi strategis yang sangat bagus jika para investor mau menanamkan modalnya dalam bidang ini.
Kami hanya 1 hari berada di Peranap, karena aku mendapatkan panggilan dari klien yang berada di Pekanbaru, sehingga sudah merupakan kewajiban untuk memberikan yang terbaik kepada klien – dan artinya aku harus segera pulang. Walaupun hanya satu hari berada di Peranap, aku mendapatkan pengalaman yang sangat banyak dan dapat membaca peluang bisnis yang ada di daerah itu. Tentu saja inilah hal utama mengapa aku sangat ingin untuk berkunjung ke daerah yang berada di Riau bagian timur ini.
Perjalanan pulang kami lalui dengan melintasi Air Molek, lalu menuju Sorek, Pangkalan Kerinci, dan akhirnya kembali ke Pekanbaru. Trek disini mungkin sangat menyenangkan jika dilalui oleh mobil, karena didominasi oleh trek lurus yang berbukit – namun tidak demikian dengan biker seperti kami, hal ini sangat menjemukan. Namun setelah melewati Simpang Lago, trek mulai berliku dengan aspal yang mulus dan marka jalan yang sangat membantu untuk mendapatkan line terbaik dalam melibas tikungan-tikungan yang ada. Perjalanan pulang ini memakan waktu 4 jam lebih 30 menit dengan jarak tempuh sepanjang 224 km.
Ternyata perbedaan waktu tempuh yang sangat mencolok jika melalui kedua rute berbeda yang memiliki jarak lintasan yang relatif sama adalah karena kondisi jalanan di rute pertama yang melalui Taluk Kuantan memiliki banyak tikungan pendek yang sangat makan waktu bagi pengendara mobil. Pengendara mobil memiliki selisih waktu sebesar 2 hingga 3 jam untuk melewati rute yang berbeda, namun kami sebagai biker hanya mendapatkan perbedaan waktu sebesar 1 jam. Hal ini terjadi tentunya karena corner speed kami di tikungan jauh lebih besar daripada yang dapat dilakukan apabila dilakukan dengan menggunakan mobil.
Turing berikutnya Insya Allah akan dilakukan pada hari senin (6 Juni 2009) dengan mengambil tema “Touring 3 Propinsi.”
Baca Selengkapnya...