Kalo kemarin kamu nonton balapan MotoGP, pastinya kamu melihat ciuman perpisahan yang mengharukan. Persis seperti ciuman pertama mereka enam tahun yang lalu. Rossi berlutut menghadap M1 yang bersandar di pagar pembatas, mereka berhadapan dan saling menatap. Sekarang Rossi harus membiarkannya pergi, saat ini M1 telah menjadi milik Lorenzo dan di sisi lain ada seorang gadis baru yang menunggu Rossi. Seorang gadis cantik berambut merah.
"Ketika pertama kali aku memutuskan untuk meninggalkan Honda dan pindah ke Yamaha - kenang Rossi - rasanya menyenangkan karena tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Aku janjian dengan Jarvis dan Furusawa di tempat yang paling aneh, supaya orang tidak tahu apa yang sedang terjadi. Sayangnya aku tidak bisa menyembunyikan keputusanku ke Ducati ketika Stoner diberitakan akan pindah ke Honda pada bulan April yang lalu, tak banyak yang bisa aku lakukan."
Apakah kamu mengira kepindahanmu ke Yamaha bakal jadi seperti ini?
"Kalau kamu memberitahuku pada tahun 2003 bahwa dengan Yamaha aku akan memenangkan 46 balapan dan empat juara dunia, yang salah satunya pada debutku bersama M1, aku pasti akan menandatanganinya dengan darah. Sebagian dari diriku sedih karena meninggalkan Yamaha, tapi pada waktu yang sama aku tidak menyesal ataupun ragu. Tujuh tahun ini merupakan tahun yang hebat bersama Yamaha, terutama ku ucapkan terimakasih untuk Masao Furusawa."
Engineer asal Negeri Sakura juga mengakui kontribusi Rossi selama mereka bersama.
"Motor kami tidaklah bekerja dengan baik pada tahun 2003 - jelas Furusawa - saat itu adalah musim yang mengerikan bagi kami. Setelah kami menganalisa apa yang terjadi, kesimpulan yang kami dapat untuk meningkatkan motor adalah dengan mendapatkan Rossi. Pada awalnya aku tidak yakin kalau Rossi akan menerima tawaran kami, dan aku bingung ketika dia menyetujuinya. Selama ini kami selalu bekerja bersama dan berhubungan dekat. Valentino menghabiskan banyak waktu untuk melihat komputer dan menganalisis data seperti seorang engineer. Kadang-kadang dia memberitahuku ketika aku melakukan kesalahan, sementara dia selalu benar."